Monday, June 27, 2016

Pengalaman Retret Awal di Pertapaan Karmel, Ngadireso Tumpang

Fiuuuhh...setelah tertunda sekian lama akhirnya jadi juga nulis blog pribadi pertama ini...
Anyway, posting ini sebenernya berawal dari nazar yang aku buat ke Tuhan sesaat sebelum acara puncak Retret Awal di Tumpang: Pencurahan Roh Kudus.
Begitu balik ke rutinitas kerja janji ini sempat terabaikan, sampai 2 minggu ini aku terkapar di ranjang karena sakit dan jadi teringat kembali sama janji ini.. So, here we go...

Retret yang aku ikutin kemarin tanggal 26-29 Mei 2016, duluuuu banget waktu SD pernah ikut retret yang sama di Cikanyere bareng sama keluarga. Cuma yaa jujur nggak meninggalkan memori yang berkesan sedikit pun, yang teringat cuma ngantuk2 waktu Doa Yesus jam 6 pagi hahaha...mungkin karena di usia itu juga aku belum mengalami problem penting apapun, jadi kesannya pun kurang. Nah kali ini kerinduanku buat retret sangat2 kuat, jenuh dengan rutinitas & problem dengan orangtua plus pencarian jati diri jadi alasan utamaku memutuskan berangkat retret sendirian kali ini.

Hari pertama acara retret baru dimulai jam 17.30 WIB, tapi aku mutusin buat datang pagian aja karena belum tahu jalan kesana plus udah nggak sabar menikmati masa tenang disana. Jam 2 siang aku sudah sampai, langsung minta kunci kamar ke resepsionis lalu masuk kamar. Pengenalan singkat dengan lingkungan wisma dan beberapa peserta yang sudah datang, lalu hanya membawa Alkitab aku memutuskan untuk berkeliling area pertapaan. Semua HP sudah kumatikan dan kulempar masuk ke dalam koper karena memang ingin menjauh dari rutinitas (belakangan sedikit menyesal nggak bisa foto2 waktu menemukan spot2 yang super keren waktu menjelajah hihihi...) Karena tidak kenal tempat sama sekali aku berjalan tanpa ekspektasi apa2, cuma ingin mencari tempat tenang untuk membaca Alkitab. Jalaaaan terus ke arah bawah, kurang lebih setengah jam melewati area yang masih seperti hutan asli, wah udah berasa Alice di negeri dongeng deh suasananya, berhubung aku paling suka sama kisah-kisah fairytale gitu jadi semangat 45 deh menunggu kejutan apa yang bakal kutemuin di perjalanan ini hehehee...

Jalan menuruni area lembah semakin jauh, hati mulai berasa ragu karena nggak ketemu orang sepanjang perjalanan, ditambah lagi waktu melewati area dengan Salib berukuran besar plus beberapa batu nisan, hihihi.. tapi besarin hati aja lah, yakin kalau nggak ada yang perlu ditakutin disana... Dan akhirnya perjalanan yang lumayan panjang berakhir manis waktu aku nemuin Goa Maria Sendang. Disebut begitu karena ada beberapa Goa Maria di area pertapaan ini, nah keistimewaan Goa Maria Sendang ini karena adanya sumber mata air dari sendang yang mengalir kesini dan bisa diambil oleh peziarah. Tapi yang bagiku lebih istimewa adalah pemandangannya, bener-bener WOW deh, hamparan sawah yang hijau plus pepohonan lebat di kejauhan memanjakan mata kita, ditambah cuaca adem dan kicau burung makin memanjakan semua indera kita.. I found my perfect escape spot! :-D  Langsung deh aku manfaatin waktu buat tenang berdoa & membaca Alkitabku disana. Thanks GOD!

Sejam lebih duduk disana, aku memutuskan buat kembali ke area retret. Hari pertama diisi dengan pengarahan awal, makan malam & adorasi Taize. Oke lah, hari pertama belum ada yang seru kayaknya, atau begitulah pikiran awalku. Nggak disangka-sangka, bahkan di malam pertama ini aku sudah tersentuh banget waktu adorasi Taize. Baru mulai menyanyikan lagu pertama saja, air mataku sudah menetes. Rasanya seperti ada kerinduan besar untuk menghadirkan Roh Kudus dalam hatiku yang sedang penuh beban berat. Air mataku terus mengalir selama adorasi, puncaknya ketika Romo memberkati peserta retret satu persatu dengan berkeliling membawa Sakramen Mahakudus.

Saat berlutut menantikan giliranku, hatiku berdebar begitu kencangnya, kebetulan posisi dudukku agak belakang jadi waktuku menunggu cukup lama. Dan ketika Romo selesai memberkati aku, aku langsung tunduk bersimpuh sambil menangis, tetapi hati terasa begitu damai & sukacita, dan terus bertahan dalam posisi seperti itu cukup lama. Ingin bangun tapi seakan-akan tenagaku tidak cukup, seperti ada kekuatan yang menahanku tetap bersimpuh. Ini hal yang aneh bagiku karena biasanya aku tidak tahan berlama-lama dalam posisi itu, sebentar saja rasanya darah naik ke kepala dan terasa pusing. Lalu mengertilah aku, begini rasanya kuasa hadirat Tuhan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Rasanya begitu menyenangkan sehingga ingin terus berlama-lama berada dalam hadirat-Nya!

Malamnya aku bisa tidur cukup nyenyak, sesuatu yang istimewa juga mengingat biasanya aku tidak bisa tidur di tempat baru. Bangun pagi yang bagiku lumayan menyiksa juga kujalani dengan semangat, hati masih berkobar-kobar dengan pengalaman rohani yang kudapat malam sebelumnya. Hari kedua diisi dengan misa, doa Yesus, lectio divina (membaca & merenungkan Alkitab secara lebih mendalam), berbagai sesi pengarahan, dan diakhiri dengan doa Rosario. Ada 1 sesi pengarahan yang berkesan bagiku hari ini, yaitu tema "Cinta Kasih Allah". Dari penjelasan suster aku menyadari hal penting hari ini, yaitu Allah menginginkan kita untuk dekat dengan-Nya tetapi tanpa memaksa. Buktinya Allah  memberi manusia kehendak bebas sebagai salah satu bentuk cinta-Nya. Allah berharap setiap manusia yang telah menjauh dari-Nya akan menemukan kesadaran diri untuk kembali pada-Nya.

Menurutku hal ini sedikit ironis karena bertentangan dengan sifat manusia yang pada umumnya ingin mengatur & menguasai, bukan hanya hidupnya sendiri melainkan juga hidup orang lain. Ini benar-benar menyentuh buat aku, karena aku merasakan keduanya. Betapa angkuhnya diriku yang sering mencoba mengatur jalan hidupku sendiri alih-alih berserah pada rancangan Tuhan. Juga betapa tak berdayanya diriku berada di bawah aturan orang yang lebih berkuasa. Hari ini aku diingatkan kembali bahwa Tuhan memberikan kita kehendak bebas untuk memilih jalan hidup kita, tetapi tetap terarah dan bertanggung jawab penuh kepada-Nya atas pilihan-pilihan kita. Hmm..ini satu hal yang cukup menjawab pertanyaanku soal pencarian jati diri.

Di hari ketiga retret awal, selain kegiatan-kegiatan rutin ada tambahan sesi Pertobatan, Adorasi & Pengakuan Dosa. Sesi-sesi ini beserta aneka pengarahan hari ini menurutku semakin mengarahkan peserta pada keniatan untuk bertobat & hidup baru dalam Roh Kudus. Penjelasan tentang macam-macam karunia Roh, utamanya karunia bahasa Roh, makin menguatkan keinginanku untuk mendapatkan karunia ini. Penjelasan lebih mendalam tentang karunia bahasa Roh nanti di postingan berikutnya yaa.. Kita langsung masuk ke acara puncak dari Retret Awal ini: Pencurahan Roh Kudus.

Acara ini bertempat di kapel St.Yohanes Salib, tempat diadakannya misa Ekaristi untuk umum setiap Minggu pagi. Malam itu suasana di kapel begitu syahdu, dengan penerangan lampu kuning yang sedikit remang-remang, dan iringan musik yang menyentuh hati. Para suster telah mengambil tempat diatas altar, duduk bersimpuh menghadap ke peserta. Setelah pengantar singkat dari suster, acara dimulai dengan rangkaian lagu yang dinyanyikan bersama-sama. Dan sama seperti saat adorasi, air mataku langsung mengalir saat menyanyikan lagu "Roh Kudus Datanglah". Entah mengapa hati ini begitu tersentuh dengan lirik & nada lagu itu. Setelah pujian & penyembahan, pastor memberikan homili singkat. Kembali para peserta diingatkan untuk meminta karunia bahasa Roh dengan sepenuh hati jika menginginkan pembaruan dalam hidup Rohnya. Aku pun semakin membulatkan tekadku untuk meminta karunia ini dengan sungguh-sungguh.

Dari keniatan inilah muncul nazar kepada Tuhan untuk membuat blog ini dan menuliskan segala pengalaman yang aku rasakan jika mendapatkan karunia bahasa Roh. Aku juga berjanji untuk membagikan pengalaman ini ke orang-orang di sekitarku yang mungkin belum memahami benar mengenai karunia ini, atau malah masih skeptis terhadap kebenaran kuasa Roh. Ketika pastor & para suster mulai berkeliling mendoakan masing-masing peserta, aku menanti di tempat dengan hati berdebar-debar. Ada keinginan yang begitu besarnya untuk mendapatkan karunia ini, jadi aku mensugesti pikiranku sendiri bahwa aku pasti akan mendapatkannya.

Singkat cerita, I GOT IT !!! Rasanya gimana? LUAR BIASA BANGET hahahhaa.. Karena postingan ini sudah terlalu panjang, detailnya akan aku tulis dalam postingan selanjutnya, spesial tentang bahasa Roh. Pulang dari Tumpang dengan hati bersukacita karena karunia ini, bukan berarti masalah yang mengganjal sebelum retret hilang begitu saja, bahkan bisa dibilang memuncak. Tapi aku memutuskan untuk menghadapi dengan lebih tenang, percaya akan kekuatan doa & pengharapan, karena bagi Tuhan tak ada yang mustahil! Have FAITH!